Short Story II

Minggu, 22 Mei 2011

Tidak Ada Hari yang Sial
Siti Mulyani

Dugg. . .
Kepala Mona terbentur lemari gelas didapurnya. “aww, sakiiiitt.” Dia begitu merengek kesakitan. Hari ini Mona merasa dirinya selalu sial, tadi pagi saat ia bangun tidur, kakinya terpeleset tangga. Lalu saat ia mandi, tiba-tiba saja mati lampu sehingga ia harus buru-buru padahal dia belum keramas. Setelah itu dia ditinggal pergi oleh mama dan kakaknya ke mall hanya karena Mona yang terlalu lama berdandan. “aduh, kenapa sih hari ini aku apes banget ??? udah mah gak jadi ke mall, eh sekarang kena lemari segala. Huh.”
Ting tong ting tong
Bel rumah Mona berbunyi. “ya tunggu sebentar.” Mona yang tadinya marah-marah sendiri didapur, kini ia harus bergegas ke depan rumah karena ada yang datang.

Saat Mona membuka pintu, tiba-tiba
“selamat ulang tahun, kami ucapkan, selamat panjang umur, kita kan do’a kan, selamat sejahtera, sehat sentausa, selamat panjang umur, dan bahagia.”
Hahaha ternyata hari ini Mona berulang tahun yang ke 16 . Dia benar-benar terkejut dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Mama dan kakaknya ternyata bukan pergi ke mall, tetapi mengambil pesanan kue yang sudah dipesan sejak kemarin sore.
“selamat ulang tahun yah anak mama yang paliiiiiing cantik, semoga diumur kamu yang ke enam belas ini, kamu semakin dewasa, tambah sayang sama mama dan kak Tiara serta jadi anak yang membanggakan. Amin”
“terimakasih mama, aku akan berusaha jadi anak yang bisa buat mama bangga sama aku.” Senyum simpul mama mendengar balasan dari anaknya yang terkenal bawel ini. Sebawel apapun Mona, ia tetap Mona yang baik, dia selalu berusaha membuat mama dan kak Tiara bangga pada dirinya.
“hahaha, gimana hari ini ? seneng gak ?” celotehan kakaknya membuat Mona kembali ingat pada kejadian yang baru saja ia alami didapur.
“hah, seneng apanya ? aku abis kejedot lemari nih didapur. Sakit tauuuu, terus tadi pagi aku kepeleset ditangga, eh mati lampu pas aku lagi mandi, dan lebih manisnya lagi. Aku ditinggal ke mall, huh hari ini memang sial buat aku.”
“cup cup cup, kasihan nih adikku tercinta, hehehe.” Senyum jahil kak Tiara membuat Mona semakin kesal
“huh, kak Tiara jahat deh.”
“iya iya, selamat ulang tahun yah adikku tercinta, semoga kamu makin dewasa dan gak ngomel-ngomel terus kerjaannya, hehehe.”
“hmmm kak Tiara mah gitu, tapi makasih ya kak. Aku sayaaaaanggg sama kakak, walaupun kakak sering bikin aku kesel, hehehe.”
Mona dan kakaknya saling berpelukan. Dua kakak beradik ini memang sering beradu mulut setiap harinya, namun kasih sayang diantara mereka pun tak pernah bisa membuat dua bersaudara ini bertengkar lama-lama.
“harus kamu tahu, gak ada hari yang sial.” Ungkapan kak Tiara membuat Mona bingung. “hah, maksudnya kak ?” Mona menjawab dengan ekskpresi bingung.
“iya, gak ada hari yang sial. Haha, tadi pagi itu pas kamu belum bangun, aku sama mama punya rencana buat ngerjain kamu. Rencana pertama, aku ngambil minyak sayur didapur terus ditumpahin ditangga. Haha, terus rencana kedua kita yang matiin saklar lampu digudang, biar kesannya mati lampu pas kamu lagi mandi itu lhooo. Hehehe.”
Mona langsung diam kaku mendengar pernyataan dari kak Tiara, ia tak menyangka akan dijahili oleh mama dan kakaknya. Tetapi ia langsung tersenyum dengan semua itu, ia sadar bahwa tidak ada hari yang sial. Semuanya memang telah diatur dan ia harus tetap optimis dan jangan menyalahkan apa yang terjadi.
“aduh aduh, mama nih sama kak Tiara sama-sama jahil yah. Hmmmm.”
“maaf yah sayang, mama sama kak Tiara ingin membuat hari ini berkesan buat kamu, agar kamu tidak selalu mengeluh. Hidup itu indah sayang, kamu harus tetap bersyukur dengan apa yang kamu miliki dan kamu alami, karena semuanya bisa kamu jadikan pembelajaran untuk hidup kamu agar lebih baik.”
Mendengar apa yang mama katakan, membuat Mona dan kak Tiara menangis sedih sekaligus bahagia karena mereka memiliki mama yang bijaksana dan keluarga yang saling menyayangi.
“Mona sayang sama mama dan kak Tiara, makasih ya ma, makasih ya kak Tiara.”
“iya sayang, mama juga sayang sama kamu.”
“hehehe, okelah adikku tercinta, kakak juga sayang sama kamu.”
Hari memang tidak ada yang sial, semuanya telah diatur oleh Tuhan. Apa yang terjadi dan apa yang akan kita alami nanti. Apa yang kita alami, bisa kita jadikan pembelajaran untuk kita dan orang-orang disekitar kita agar menjadi lebih baik lagi dalam menjalani hidup ini. Mona kini semakin mencintai hidupnya, dan ia mulai menghilangkan sugesti tentang hari yang sial, karena memang tidak ada hari yang sial, tinggal bagaimana kita menjalaninya.  









Short Story

Sabtu, 14 Mei 2011
Wanita Dalam Cermin

                Jam dirumahku menunjukkan pukul 17.30, kakakku baru saja pulang dari Rumah Sakit. Ia tampak kelelahan karena sudah dua hari ini dia bergadang menemani ibuku yang sedang dirawat di Rumah Sakit daerah Cisarua. Tak lama aku bergegas mengambil minum untuk kakakku. Tak ada percakapan diantara kami, Aku hanya diam dan memperhatikan kakakku yang sedang bergegas untuk istirahat. Dirumah terasa sepi, adikku sudah terlelap sejak sore tadi. Dia kelelahan setelah bermain bola bersama teman-temannya.
                Malam ini begitu sunyi, padahal baru pukul 20.30. Aku dan kakakku berdiam diri sambil mencari acara yang asyik untuk ditonton. “kring-kring”. Telepon itu berbunyi , namun kakakku masih ragu-ragu mengangkatnya karena dia sedang makan. “kring-kring” telepon itu terus berbunyi. “ Assalammualaikum”. Kakakku dengan penasaran mengangkatnya, aku bertanya-tanya siapa yang menelpon. Aku semakin khawatir ketika melihat kakakku mengucapkan istighfar dan memukul kecil dada sebelah kirinya, yang Aku tahu, dia mempunyai penyakit jantung. “ada apa ?” Aku bertanya tetapi kakakku tidak menjawabnya, dia hanya memandangiku sebentar. Dia berlari kerumah nenekku yang jaraknya memang sangat dekat. Tak lama Aku mendengar suara tangis bibi dan nenekku. Ya, itu suara tangisan dari rumah nenekku. “ada apa ?” fikirku dalam hati. Aku pun berlari menyusul kakakku. Seketika aku berfikir, mungkin ini firasat yang sudah menjadi kenyataan. Ya, ternyata ibuku meninggal. Kakakku tak mengatakannya, tapi Aku sudah melihat dari tatapan matanya yang seolah ingin mengatakan apa yang terjadi. Dia hanya memelukku dengan erat. Aku ingin menolak semua kenyataan ini, tetapi sudah terlambat dan semua mimpi burukku kini telah menjadi kenyataan. “biarin Egi tidur dulu, dia jangan dikasih tau dulu.” Kakakku mengatakannya degan datar dan terus memelukku. Aku tak bisa menahan air mata yang terus berjatuhan atas apa yang Aku rasakan saat ini. Aku dan kakakku tersentak kaget ketika melihat adikku berlari menghampiri kami. Sepertinya dia sudah mengetahui apa yang terjadi. Lalu kami berpelukan dan berusaha menerima kenyataan yang begitu pahit ini. “kita harus sabar, ibu udah tenang disana, sekarang kita do’ain ibu yah.” Kakakku mencoba menyeka air matanya namun tak bisa. Semua seakan mimpi, mimpi yang paling buruk dalam hidupku.
                Semua orang datang kerumahku sambil membawa surat Yassin dan sebagian ada yang mempersiapkan kedatangan jenazah ibuku.
“Hallo Yasshint, ini Leni.”
“iya ada apa Len ?”
“Yassh, ibu Leni meninggal, besok tolong izinin Leni yah.”
“Innalillahi, sabar yah Leni, iya-iya Len nanti diizinin, yang tabah yah Len.”
“iya, makasih Yassh, assalammualaikum.”
“iya Leni, wa’alaikummusalam.”
Padahal besok Aku harus persiapan untuk Try Out kedua dan hari Selasa Aku sudah mulai Try Out. SMS ucapan bela sungkawa terus berdatangan di HP-ku, namun Aku mengabaikan semua itu, karena yang Aku fikirkan saat ini adalah apa yang ada didepan mataku saat ini merupakan kenyataan yang paling menyedihkan. “Len, sini yuk bentar lagi ambulance-nya datang.” Suara lirih seorang wanita paruh baya yang selalu menemani ibuku saat sakit. Aku melangkah kaku dengan tatapan kosong penuh ketidakpercayaan dengan apa yang terjadi saat ini.
                Aku mati rasa, tetangga dan kerabat terus berdatangan kerumahku. Sebagian ada yang memelukku sambil mengucapkan  bela sungkawa, namun ada juga yang menangis tersedu-sedu sendiri. Aku melirik jam, pukul 23.00. Tepat sekali, ambulance jenazah ibuku tiba dirumah. Aku benar-benar mati rasa saat ini. Aku hanya duduk dan menyaksikan raga ibuku sudah tak bernyawa dan dikelilingi banyak orang sambil membaca Yassin. Semua terasa kaku dan ketika Aku duduk, Aku teringat pada sebuah mimpi. Ya, mimpi yang Aku alami semalam. Dalam mimpi itu Aku merasakan diriku bercermin, tetapi bukan bayangan diriku yang terdapat pada cermin itu. Tetapi Aku yang bercermin, begitu cantik wanita yang ada dalam cermin itu, hingga “wanita ini cantik sekali, Aku ingin secantik dia.” Wanita itu terlihat amat cantik mengenakan kerudung warna cream, tanpa ada make-up diwajahnya. Begitu bersinar wajahnya. Tetapi wanita dalam cermin itu hanya diam dan terus tersenyum. Ibu, yah ternyata wanita dalam cermin itu adalah ibuku. Ibuku yang sangat cantik, ibuku yang kini sudah terbaring kaku. “ibu, yah itu ibu, wanita dalam cermin itu adalah ibu.” Aku berlari dari tempat dudukku dan segera menghampiri ibu. “bu, maafin Leni bu. Leni sayang banget sama ibu, Leni nyesel banget belum sempat jenguk ibu di Rumah Sakit. Leni baru nyadar kalau ibu yang datang ke mimpi Leni, maafin Leni bu.”
                Aku terus menangis dan berusaha menenangkan diriku sambil memikirkan kembali arti mimpiku semalam. Mungkin ibuku ingin aku menjadi seperti dirinya. Ibuku adalah sosok yang lemah lembut, berbeda denganku yang susah diatur dan keras kepala. “ibu, Aku menyayangimu dan akan terus menyayangimu.”mimpi yang indah sekaligus perpisahan antara Aku dan ibuku yang       menjadi kenangan terakhir dihatiku. Aku akan terus menyimpannya dalam hatiku. Ibu, I love you.







 karya : Siti Mulyani (Leni)

Tips Berpidato Pada Khalayak Umum

Selasa, 03 Mei 2011

Hello teman-teman semua

Apa kabar ???

Semoga dalam keadaan yang baik. Amin. Hehe, langsung aja yah. Senin (2/5) dikelasku nih ada tugas pidato bahasa Indonesia. Setiap siswa diwajibkan membuat pidato dan membawakannya didepan kelas. Nah, ada seorang siswa yang berpidato mengenai tips berpidato pada khalayak umum. Menurutku ini pidato yang menarik, karena setiap orang tentu pernah dan akan berpidato atau berbicara didepan banyak orang yang tentunya bukan hal yang mudah bagi orang-orang yang belum terbiasa berbicara didepan orang banyak. Adapun tips-tipsnya, yaitu :


1. Pemilihan Tema yang Tepat

Pemilihan tema dalam berpidato sangatlah berpengaruh bagi kelangsungan pidato yang akan dibawakan. Jika tema pidato tidak sesuai dengan kondisi pendengar atau audience, dikhawatirkan pidato akan terasa membosankan dan tidak menarik untuk pendengar yang hadir. Oleh karena itu, pemilihan tema yang tepat sangatlah berpengaruh terhadap kelangsungan pidato yang akan dibawakan.


2. Penekanan atau Intonasi

Penekanan atau intonasi dalam berpidato juga merupakan hal yang perlu diperhatikan pada saat berpidato. Penekanan atau intonasi adalah tekanan tinggi rendahnya suara. Pada saat berpidato, intonasi harus diperhatikan agar pidato yang dibawakan tidak terkesan monoton dan datar sehingga pendengar atau audience merasa bosan.


3. Kontak Mata dengan Pendengar atau Audience

Kontak mata dengan pendengar atau audience dapat berpengaruh pada saat berpidato. Ketika kita tidak melakukan kontak mata dengan pendengar, dikhawatirkan pendengar tidak memperhatikan kita yang sedang berpidato. Oleh karena itu, kontak mata dengan pendengar atau audience juga perlu diperhatikan agar pada saat kita berpidato, setidaknya para pendengar atau audience memperhatikan kita karena merasa diperhatikan oleh kita melalui kontak mata.


4. Efisiensi Waktu

Efiensiensi waktu dalam berpidato juga harus diperhatikan. Karena jika kita berpidato terlalu lama, dikhawatirkan para pendengar atau audience akan merasa bosan karena kita terlalu lama dalam berpidato. Oleh karena iu, efisiensi dalam berpidato harus diperhatikan agar pidato yang kita bawakan tidak membuat pendengar atau audience merasa bosan.